On Rainy Days

What you can play : On Rainy Days - Beast

Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Menyesap bau tanah dan basah sungguh tak se-melankosis itu.
tapi tak dapat dipungkiri pula, gerimis juara satunya mesin waktu.

Hari itu liburan panjang, dan -entah apa yang terpikir saat itu juga- aku berlari ke tempatmu seorang sendiri. Aku yang terlalu terburu-buru, terlihat konyol dan lucu, katamu. Kutanya, "apa kau menunggu lama ?" "hm, itu sudah biasa." Singkat sekali jawabannya.

Sekalipun aku tak pandai mengingat tanggal-an, tak sedikitpun mengenai hari itu -selain soal kapan- aku melupakan. Cuaca ketika itu dingin, aku memilih sweater abu-abu dengan rok merah sebagai setelan. Lucu bila kusebut kebetulan, tapi kaos merah dan celana abu-abumu membuat kita terlalu norak untuk terlihat seperti pasangan.

Kamu mengajakku berkeliling. Sesekali mengerjai, lalu tertawa mengerling. Kuakui sekali, kamu sungguh-sungguh mengesalkan. Tapi untuk benar-benar marah padamu, aku tak punya cukup kekuatan. Di lorong yang temaram, musisi jalanan menyanyikan lagu-lagu kondang. Ikut pula kita berdua berdendang. tentunya, dengan suara sumbang.

Gerimis mulai jatuh, tanda kita berdua sebaiknya berteduh. Kursi kayu tua satu-satunya pilihan untukku menghabiskan bermili-mili hujan dan bersamamu duduk berdampingan. Euforianya terlalu kelabu, menyebabkan percakapan kita terlalu sendu. Tapi ini terasa baik untukku -tak tau bagaimana menurutmu- karena membuat spasi yang ada terlihat padu dan menyatu.

Aku melalui banyak hari bersamamu, pergi menjelajahi berbagai tempat denganmu. Tapi bila boleh aku mengkhususkan, hari itu adalah pengecualian. Dimana, untuk pertama kalinya aku tak perlu beradu mulut denganmu, mendebat hal-hal tak perlu seperti pertemuan-pertemuan yang lalu. Dan seandainya boleh aku tak bermimpi rasional, kamu yang ada pada detik itu juga akan seterusnya begitu. Harapku.

Pada siapapun kujelaskan bahwa aku dan kamu adalah teman. Tapi tetap saja, yang terpapar tentang kita adalah setali pasangan.

Dinginnya hujan membuat perutmu lapar tak tahan, tapi tidak denganku. Kamu beruntung soal makanan, ada gerobak keliling disitu. Siapa tak ingin tertawa, bila disajikan semangkuk bakso dengan sendok dua. Duh pak, yang pesan memang cuma dia.

Hari itu pertama kalinya kamu berani menyentuh topik soal keluarga. Saat itu pula-lah kusadari, kita dari latar yang jauh berbeda. Dan kuyakini, ini salah satu alasan kenapa denganku kamu minder hati. Tapi tak masalah, aku faham betul kedewasaanmu cukup untuk menela'ah.

Hujan mulai menepi, tanda untukku segera pulang. Kau berpamitan dengan muka berat hati, seolah setelah berpisah aku tak lagi datang. Aku menyalamimu dengan senyuman, cukup untuk menyiratkan bahwa hari itu diliputi kebahagiaan.

Maaf bila baru hari ini kujabarkan, tapi sejak hari itu aku mulai sulit memahami perasaan sendiri. Sepanjang hari kupu-kupu di dalam perutku beterbangan, dan tak sabaran menunggu pesan singkat mu disinyalir ke ponselku.

Bilaman hujan hari ini boleh kembali ke hujan hari itu, aku akan menahan mati-matian langkah kakiku supaya tak perlu berlari ke tempatmu menunggu.
Dan biar saja mendung hari ini menghapus semua prasangka baikku untukmu dan tak menuai terlalu banyak "seandainya" itu.

Seandainya hari itu aku tak menggunakan pakaian yang senada denganmu, aku tak perlu berdebar menjijikkan seolah kau dan aku adalah pasangan baru.

Dan seandainya pula hari itu band kampungan tak sedang menyanyikan lagu-lagu romansa, aku tak perlu lelah-lelah terbawa suasana.

Dan seandainya (lagi) matahari dengan senang hati menguap mendung, aku tak usah berhadapan denganmu dan menghabiskan waktu hujan bersamamu.

Seandainya juga hari itu tak ada semangkuk bakso dengan sendok dua, tak usah saja kamu repot berbagi beberapa potongnya denganku.

Bukan salahmu karena mungkin aku yang buta huruf-hurufmu yang penuh tanya. Aku yang salah membaca banyak tanda, dan mempertanyakan penilaianku terhadapmu terlalu lama.

Dan hari ini juga aku akan mengakhiri sesal dan luka. Mengingat juga mengenai pacar barumu yang dipuja puja, sudah seharusnya absenmu di hati adalah alpha.

Maka, atas pertemuan kita hari ini -yang mungkin juga kebetulan- aku memastikan segalanya telah selesai. Kamu tetap temanku, dan selamanya pun begitu.

Dan semoga ultimatum hari ini tak merubah kemantapanku untuk tidak lagi jatuh hati. Hei, tentu saja ini khusus untukmu. Maksudnya cuma, tidak lagi-lagi kalau itu masih kamu.


Hujan pertama di tahun kemarin
7 November 2015.