That Answer


Kulontarkan pertanyaan yang sama untukmu pagi ini.
Kenapa masih saja mencintai tanah yang tinggi?
Kenapa suka menikmati dingin sambil menyesap kopi?
Apa hal-hal begitu tak terlalu membuatmu merasa sepi?


Tanah yang tinggi mungkin membantumu memahami diri sendiri.
Tapi kurasa tak juga membantumu memaknai luka ini.
Melupakan luka, akan membuatnya semakin menganga.
Kau lupa, bahkan sepi-mu takkan sanggup menyembuhkan luka.

Dan seperti pagi yang lain, kamu masih saja geming.
masih tak ingin menjawab pertanyaan yang kurasa penting.
Jangan diam begini saja karena aku semakin meracau.
Menebak-nebak yang terjadi justru membuat segalanya semakin kacau.

Kamu hanya harus menerima, 
Luapan emosi akan membuatmu lebih nyata.
Justru kedataran emosimu, ekspresimu bagiku,
semakin terlihat tidak baik-baik saja.
Kamu harus mencoba menghadapinya,
sunyi-mu justru akan memperkeruh semua.

Apakah kamu mendaki untuk melarikan diri?
Apa mungkin kamu menerjang bahaya untuk menguap rasa?
Ataukah kamu memang suka bagian dimana aku mengkhawatirkanmu secara berlebihan?

Kali ini kamu merangkulku sambil tertawa.

Yang kamu pikirkan sejujurnya tak bisa dirasionalkan, jawabmu.

Dan kamu menambahkan,
Tapi benar tentang aku yang pergi untuk melupakan luka.
Sungguh, aku memang tak sedang baik-baik saja.
Bantu aku menyembuhkannya.
Mengembalikan harapan yang entah kemana.

Sepertinya pergi ke puncak sendiri tak menghilangkan risau-ku sama sekali.
Kamu tau kenapa? Karena obatnya tertinggal disini.

Jadi, mau membantu mengobatiku dan menemani pendakianku berikutnya? 





HALO! 
Ditulis bareng oash pas pelajaran fisika.
Diajak bikin sajak bersambung yang gajelas dan malah jadi nggak nyambung gitu.
Karya seni murni pake micin khayalan.
Nggak baper beneran kayak ose kok.
Tenang aja.





That Namja

Ada banyak hal yang sama sekali tak kufahami dan tak kucoba sama sekali untuk mengerti.  Salah satunya adalah, kenapa kamu masih saja disini dan tak mau menyingkir sama sekali. Aku bertemu denganmu bukan seperti obat yang rutin dikonsumsi. Hanya sesekali dan disebabkan oleh beberapa kebetulan. Pun aku tak jatuh cinta padamu di pandangan pertamaku -dan sungguh aku bukan tipikal gadis yang begitu-. Semua berjalan adanya, tak terjadi apa-apa.

Aku punya dua kepandaian paling menyenangkan. 

Bersembunyi dan berakting. 

Kugunakan cara pertama untuk menghindarimu, dan kugunakan cara kedua saat tak berhasil menjalankan cara pertama. Ini terasa tak begitu nyaman karena ternyata keahlianku tak membuat impuls elektrik di jantungku bekerja lebih baik. Sungguh, kalau begini terus aku bisa saja terserang aritmia.

Semacam ingatan episodik, kamu bagian dari long term memory yang sulit dihapus dan muncul terus-menerus. Sejenis ingatan prosedural yang memungkinkan kita mengingatnya tanpa perlu berpikir.

Tentang bagaimana kamu mengikat tali sepatu, 

bagaimana kamu menutup resleting tasmu dengan super hati-hati, 

bagaimana kamu membenarkan posisi baju supaya terlihat lebih rapi, dan bagaimana-bagaimana lainnya yang terus saja berseliweran.

Aku mudah jatuh cinta, wajar saja kamu bisa menjadi salah satu bagiannya. Kamu cukup tampan dan keren untuk masuk di kriteria pria milikku -juga milik wanita lainnya-. Tapi di jatuh cinta kali ini, aku ingin lebih berhati-hati. Melepasmu memang pilihan terberat, tapi aku harus berhenti melihat laki-laki yang tengah menggenggam tangan gadis lain dengan erat.




Nafas Dulu

Hidup itu dinikmati, dihayati.
Dijalani dengan seksama, ditata sedemikian rupa.
Jangan ditantang, kamu nggak bakal menang.
Kalau capek istirahat, tapi jangan kelamaan rehat.

Bingung wajar, semua orang juga ngerasa dikejar.
Jangan lari, kamu bukan tersangka disini.
Coba deh puter lagu, terus nafas dulu.
Siapa yang tau kalau jawaban dari resah ada disitu? 


Impersonate

"Aku suka langit"
"kenapa?"
"dia pintar mengubah suasana hati"
"suasana hati apanya?"
"iya, persentase mood-mu bisa saja berubah dengan mudah gara-gara langit"
". . ."

aku masih sulit memahami bahasamu yang kadang tak rasional untuk telingaku.

"manusia hebat ya, kenapa bisa gini ya?"
"apanya?"
"ya aneh aja, tiba-tiba bisa gini, ternyata berakhir gitu"
". . ."
"dunia ini emang keren ya"
"hm, aku nggak paham sih."
"liat aja deh, semuanya hebat. aku nggumun."
". . ."

dan tetap kesusahan mengerti ekspresimu yang seringkali tak terprediksi reseptor otakku.

"care universal itu nggakpapa, kan baik emang harus sama semua orang ."
"aku ngerasa bersalahan banget nih."
"aku nggak labil kok, cuma butuh mikir aja."
"masa lalu nggak akan menang, karena mereka selalu di belakang."

sebenarnya, cuma sepersekian kalimatmu yang bisa kucerna cepat.
dan berita baiknya adalah, hampir di setiap nasehatmu bermanfaat.
sudut pandang yang jauh berbeda,
membuatku berusaha belajar memakluminya.

hidup itu emang hebat,
dan dibalik kerennya hidup, banyak orang-orang kuat.
dan harus kamu tau,
dirasa-rasa aku terlalu telat sadar.
harusnya hidup itu dihayati benar-benar.